Langkah Teknis Lembaga Zakat Memperluas Jaringan

AchSin

Filantropi | Monday, 26 Feb 2024, 09:49 WIB

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Beberapa langkah teknis bila ada Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) ingin memperluas jaringan di antaranya adalah memperbanyak kenalan, duplikasi, memberi dukungan pada industri (komunitas), sering berbagi (sharing) dan aktif berkomunikasi, serta serius membantu sesama.

Pertama, memperbanyak kenalan. Untuk bisa dikenal banyak pihak, kita sendiri yang harus mengawali usaha agar orang lain mengenal baik kita. Bila kita ingin memperluas organisasi kita, diperlukan usaha yang terus-menerus untuk mengenalkan diri. Cara mengenalkan diri terbaik tentu saja berkenalan dengan banyak pihak di segala momentum yang ada. Berbagai macam acara bisa menjembatani proses perkenalan kita secara elegan. Perkenalan yang kita lakukan, walau terlihat sederhana, sesungguhnya sangat berguna bagi proses pengembangan relasi. Sejumlah bisnis yang ingin tumbuh kuat harus dibarengi kemampuan memperkenalkan diri pada banyak pihak. Semakin banyak relasi yang terbangun, maka semakin terbuka peluang untuk mengembangkan bisnis.

Dalam proses memperluas jejaring, agar bisa saling mengenal dengan banyak pihak, selain aktif bertemu banyak pihak, modal sederhananya adalah henyiapkan kartu nama. Walau sepintas sederhana dan teknis, kartu ama merupakan alat penting yang menjadi identitas lembaga kita Untuk memperluas jaringan.

Saat berkenalan dengan orang-orang penting yang baru ditemui, jangan pernah lupa memberikan kartu nama. Kegiatan bertukar kartu nama memang tampak sederhana tapi kadang memberikan dampak luar biasa besar. Kartu nama merupakan sumber informasi yang akan memudahkan orang lain menghubungi kita. Walau hari-hari ini dunia masuk ke era digital, kartu nama masih menempati kebutuhan penting dalam meluaskan jejaring. la tak tergantikan sepenuhnya bahkan masih dianggap mencitrakan lembaga pembuatnya.

Kedua, lakukan duplikasi. Duplikasi adalah proses meniru langkah dan strategi orang-orang sukses yang berjaya pada bisnis yang sama untuk memperoleh jaringan bisnis dengan diiringi pengembangan keahlian dalam diri kita. Dalam konteks zakat, OPZ yang ingin sukses bisa juga melakukan duplikasi dari OPZ lainnya agar ada gambaran yang lebih utuh untuk meraih kesuksesan dan tak mengulangi sejumlah kesalahan yang dilakukan lembaga lain. Dan agar duplikasi berlangsung baik, maka pastikan prosesnya dilakukan dengan benar dan bertahap.

Ketiga, beri dukungan pada industri atau komunitas. Sebuah komunitas, punya sistem yang lebih besar dari sebuah instrumen yang ada. Ibarat mata rantai kehidupan, komunitas ini jejaring kompleks ekosistem. Ia menaungi satu makhluk dengan makhluk lainnya dalam lingkungan tertentu. Kemampuan lebih ini jelas akan sangat membantu setiap organisme yang ada. Sebuah OPZ akan memiliki peluang lebih besar bila mengikuti suatu perkumpulan atau organisasi. Bergabung dalam komunitas maupun perkumpulan merupakan cara efektif untuk membangun jejaring pengelolaan zakat di negeri ini. Hal ini juga akan sangat berguna manakala muncul tekanan atau hambatan pada organisasi. Melalui sebuah perkumpulan atau asosiasi zakat, OPZ juga memiliki peluang lebih besar untuk mengenal jejaring yang lebih luas dan bisa membantu mengembangkan organisasinya.

Keempat, seringlah sharing dan aktif berkomunikasi. Tiap OPZ pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Saat OPZ kita menguasai dapat membaginya dengan Karena sejatinya sharing atau berbagi tak akan pernah membuat banyak cara dan kesempatan, bisa dalam sebuah workshop, forum yang sifatnya online, media sosial, dan di mana pun tempat yang memungkinkan bagi kita untuk berbagi. Dengan begitu, kita akan membangun dengan pihak-pihak yang memiliki ketertarikan yang sama dengan apa yang kita bagikan. Terlebih lagi pada saat ini dunia tak lepas dari media sosial. Semua pihak deganda dah terhubung lebih dekat melalui media sosial. Dengan sarana ini kita bisa berbagi pengetahuan, keterampilan, dan kebaikan apa saja. Cobalah pula terus menjaring networking dengan pihak-pihak yang semakin Juas, di luar jejaring yang sudah dimiliki.”

Kelima, serius membantu sesama. Membantu sesama bermanfaat ganda. Bisa memberi solusi atas masalah orang lain yang memerlukan plus membuat kita bisa lega secara psikologis. Membantu sesama membuat kita merasa memiliki sesuatu dan merasa ada yang membutuhkan. Perasaan ini amat besar dampaknya pada pikiran dan perasaan manusia secara umum. Bila manusia sudah tak merasa lagi dibutuhkan, mereka akan mengalami depresi. Mereka akan melakukan sesuatu yang berada di luar kontrol, baik dari sisi norma sosial maupun agama. Memberi bantuan ke jejaring OPZ, mitra atau jejaring lembaga serta ke para mustahik zakat yang memerlukan, memang tidak mudah. Bahkan, kadang justru kita menemui beberapa masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Dengan adanya jejaring dan pertemanan yang dibangun selama ini, maka banyak masalah bisa teratasi bersama. Bila kita ingin lebih memperkuat OPZ kita, juga ingin menjadikan amil-amil kita bisa lebih hebat, maka sediakan waktu yang cukup untuk saling bantu dan memberi dukungan pada tesama dan jaringan kita. Ketika ini terus-menerus dilakukan secara konsisten, secara otomatis kita dan organisasi akan terus tumbuh kuat serta saat yang sama semakin dicintai banyak pihak.

Kembali ke soal topik bagaimana membangun sistem organisasi pengelola zakat yang efektif, maka sesungguhnya jawabannya tidak tunggal, Karena cara membangun sistemnya pun kita tak bisa lagi hunggal; kerjakan internal dulu lalu atasi urusan eksternal. Bukan seperti hi lagi. Yang diperlukan saat ini justru kemampuan lembaga untuk bisa bergerak secara paralel. Dan kuncinya ternyata ada pada kebersamaan Menurut Henry Ford, “Kebersamaan adalah permulaan. Menjaga tetap bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah keberhasilan.”

Kebersamaan bukanlah omong kosong. Ketika organisasi kita dirasakan dalam keadaan baik-baik saja, kebersamaan mungkin belum dirasa faedahnya. Namun, sampai kapan terus berjalan dan bertahar sendiri? Bila kita sampai pada sebuah situasi yang mengarah pada krisis serius, seperti adanya ancaman regulasi, ataupun ancaman lain yang bisa berujung terjadinya kebangkrutan lembaga, maka pada sat itu tidak bisa tidak kita sangat membutuhkan dukungan pihak lain. Yang menarik, pihak-pihak yang selama ini menjadi jejaring dan mitra kita akan terlihat pertemanan sejatinya ketika kita menghadapi masalah; bukan saat lembaga kita berjaya.

Dengan demikian, yang harus kita lakukan mulai hari ini adalah membangun OPZ yang baik secara paralel sambil terus berbagi dan peduli dengan banyak hal dengan pelbagai pihak. Dengan terus membantu dan berkontribusi bagi banyak pihak yang membutuhkan kita akan menempatkan posisi lembaga menjadi lebih baik. Di internal OPZ, mereka akan (lebih) dihargai karena konsisten membantu meningkatkan kesuksesan lembaga. Bila kita bisa membangun kekuatan lembaga secara paralel, kita sejatinya sedang memperkuat jaringan bisnis yang dimiliki. Saat yang sama, jaringan ini sendiri akan terus membantu dan memberi kebaikan bagi lembaga kita. Maka, situasi ini tentu saja akan berkontribusi pada terciptanya sistem yang lebih baik dalam meningkatkan penghimpunan lembaga.

Sebagai kesimpulan, membangun organisasi yang baik tentu bukan hanya urusan perbaikan di internal OPZ-yang memang tak sepi dari sejumlah masalah. Membangun organisasi yang baik, salah satunya, adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik yang mampu mendukung para amil bekerja dengan aman dan nyaman Produktivitas para amil pun akan lebih meningkat bila lingkungan kerja OPZ kondusif. Kondisi ini bisa diciptakan secara paralel dengan memajukan urusan OPZ kita sekaligus pula berbuat banyak untu komunitas atau asosiasi organisasi zakat seperti Forum Zakat (FOZ) Secara internal, OPZ bisa membuat suasana kantor lebih nyaman dan kondusif; secara eksternal, terus berkontribusi bagi gerakan Indonesia.

#akademizi #nanasudiana #amil #zakat #muzaki

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di Filantropi

 

Updated: Februari 26, 2024 — 2:50 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *